Siti Hajar : Ketaatannya Diabadikan Lewat Sa'i - Jika Anda ingin melaksanakan ibadah umroh, Ada baiknya Anda mempelajari tentang umroh dan sejarah mengenai umroh. Termasuk mempelajari asal-usul setiao rukun umroh yang akan Anda jalani. Hal ini tentunya akan memberikan kesan yang mendalam bagi Anda, sehingga Anda lebih menghayati perjalanan umroh tersebut.Alkisah, kota Makkah berawal dari kepindahan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan bayi Ismail ke lembah yang tak berpenghuni serta tak ada kehidupan maupun tanaman di sana. Mereka berjalan menuju Makkah karena Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim merasa cemburu sebab kelahiran Ismail. Sarah menyuruh nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke tempat yang jauh dari jangkauan Sarah.Baca Juga : Ini Dia Asal-usul Thawaf pada Haji dan UmrohMereka pun bergantian menggendong bayi Ismail menuju Makkah. Sesampainya di tempat asing tersebut, Hajar pun menangis karena sedih suaminya akan pergi meninggalkannya ke tempat yang menyeramkan tersebut. Ia memanggil-manggil Ibrahim, namun suaminya tetap berjalan meninggalkannya.Sampai akhirnya Hajar bertanya kepada suaminya, "Apakah kau meninggalkan kami karena ini perintah Allah?" Lantas Ibrahim menjawab, "Ya." Hajar menyeka air matanya dan berkata, "Jika demikian, tentu Tuhan tidak akan menyia-nyiakan kami."Baca Juga : 3 Kesalahan dalam Ibadah Umroh yang Sering DiabaikanLihatlah, begitu tabahnya seorang istri yang memiliki anak yang masih dalam susuan. Mendengar bahwa yang dilakukan suaminya adalah perintah Allah, ia ikhlas dan tabah.Waktu bergulir. Lambat laun, Hajar kehabisan perbekalan. Ia melihat anaknya kehausan, sedangkan air susunya sudah hampir kering. Ditengah kebingungan tersebut, Hajar berusaha mencari mata air untuk minum. Ia bergerak menuju sebuah bukit tandus yang kini kita kenal dengan bukit Shafa. Sayangnya, Hajar tak menemukan apapun di sana.Tak menyerah, ibu dari Ismail itupun berlari ke bukit yang lain, yang kini kita kenal sebagai bukit Marwah. Naas, tidak ada setetespun air di Marwah. Untuk memastikan bahwa di kedua bukit tersebut tidak ada air, Hajar mengulangi proses pencariannya hingga bolak balik dari Shafa ke Marwa sampai 7 kali.Baca Juga : Pentingnya Sikap Tawadhu' saat Melaksanakan Ibadah UmrohHampir putus asa, Hajar kembali ke bayinya yang makin kehausan. Ia berpasrah kepada Allah setelah ikhtiarnya mencari air belum berhasil juga. Lalu, atas izin Allah, Malaikat Jibril turun di lembah mereka berada dan memukulkan sayapnya ke tanah. Dari situlah muncul mata air Zam-zam yang sampai kini tak pernah kering walau di musim kemarau sekalipun.Hikmah yang dapat kita petik dari kisah Siti Hajar adalah:
Ketaatan yang membawanya meraih keridhoan dan rahmat dari Allah SWT. Meskipun ditinggalkan di lembah yang tak dikenal, dimana tiada kehidupan di sana, namun Hajar tetap taat kepada Allah dan suaminya, Ibrahim. Ketaatannya itulah yang membuatnya berhasil melewati ujian kesabaran, kekurangan, dan keputusasaan.
Ikhtiar disertai tawakkal. Allah memberikan rahmat berupa air zam-zam bukan serta merta diberikan (meskipun Allah mampu memberikannya sejak awal). Namun, ikhtiar dan kesungguhan Siti Hajar dalam mencari setetes air untuk bayinya disertai tawakkal kepada Allah membuatnya mendapatkan rahmat yang besar dari Allah SWT. Dari situlah kota Makkah berkembang hingga saat ini.
Sepatutnya kita meneladani dan menghayati perjuangan dari Ibunda Siti Hajar agar lebih semangat menjalankan ibadah umroh. Teladani sikap sabar, ikhlas, tawakkal serta daya juang seperti Siti Hajar melalui rukun umroh dan haji yakni sa'i.
Apakah Anda ingin mendapatkan informasi terbaru dan promo harga khusus dari kami? Jika iya, mohon informasikan email dan nomor handphone Anda pada kami